BSIP BERKARYA: PERAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK DALAM KONSERVASI TANAH DAN AIR
Di penghujung Agustus 2024 dengan masih terasanya atmosfer hari kemerdekaan negara tercinta, Indonesia, tepatnya di hari Selasa 28 Agustus 2024 yang bertempat Saung Wangsakerta, Cirebon, Jawa Barat. BPSI Tanah dan Pupuk ikut hadir dalam Workshop Pertanian Organik. Pada acara workshop kali ini narasumber dari BPSI Tanah hadir Jelly Amalia Santri SP,M.Si didampingi Kasubbag TU Elsanti,SP. Workshop ini dihadiri oleh beberapa narasumber dan praktisi pertanian se Indonesia yaitu: Organisasi pendamping masyarakat, Organisasi petani, petani organik, pemerintah dan akademis.
Acara workshop dibuka oleh Direktur Aliansi Organis Indonesia, yaitu Bapak Sukmi Alkausar. Dalam pembukaannya Sukmi menyampaikan bahwa tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang menjadi penyokong seluruh kehidupan mahkluk hidup yang ada di muka bumi. Namun saat ini aktivitas manusia ternyata berkontribusi besar pada kerusakan dan pencemaran tanah dan air, termasuk sektor pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerusakan dan pencemaran tanah dan air terkait penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang tidak sesuai dosis rekomendasi yang hasilnya akan mencemari dan merusak kualitas tanah dan air. Koservasi adalah bagian yang sangat penting dalam sektor pertanian yang dapat mencegah kerusakan dan memulihkan kerusakan tanah. Pada Workshop ini Sukmi berharap banyak ilmu dan pengetahuan yang kita peroleh dan dapat diterapkan pada pertanian nantinya.
Tujuan dari Workshop ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip konservasi lahan, pengelolaan kesuburan tanah dan adaptasi perubahan iklim,oleh sebab itu dalam acara tersebut jaringan AOI terkait konservasi dapat mendukung pertanian. Dari workshop ini diharapkan peserta dapat mengaplikasikan prinsip konservasi lahan, pengolahan, kesuburan serta adaptasi perubahan iklim secara maksimal sesuai dengan standar organik sehingga dapat mendukung pertanian organik di Indonesia.
Dalam paparannya Jelly menyampaikan bahwa diperikrakan 40% dari luas permukaan tanah di dunia telah mengalami degradasi disebabkan oleh berbagai faktor terkait produksi pangan, papan, dan sandang. Untuk mengatasi degrasi lahan dan mewujudkan pertanian berkelanjutan, diperlukan langkah konservasi. Salah satu langkah konservasi yang saat ini banyak dilaksanakan adalah penerapan pertanian organik. Menurut SNI 6729:2013, Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik berperan penting dalam konservasi tanah, peran tersebut diantaranya adalah: mengurangi erosi tanah, meningkatkan kesehatan tanah, mencegah terjadi pencemaran, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Sebagai penutup dalam paparannya, Jelly menekankan bahwa praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dapat mempengaruhi kesehatan tanah, yang pada gilirannya mempengaruhi siklus iklim global. Tanah yang dikelola dengan buruk dapat melepaskan karbon dioksida berlebih dan gas rumah kaca lainnya yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Memulihkan tanah yang terdegradasi dan menggunakan praktik konservasi tanah dalam pertanian dapat secara efektif menyerap karbon, sehingga membantu membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. Melalui praktik pertanian organik, kita telah melakukan konservasi tanah yang dapat meminimalkan dampak perubahan iklim dan mendukung kebutuhan jangka panjang masyarakat.
Terlibatnya perwakilan dari BPSI Tanah dan Pupuk dalam kegiatan workshop ini diharapkan memberi manfaat sebagai bentuk penyebarluasan informasi mengenai peran pertanian organik yang begitu penting dalam konservasi tanah. Kedepannya, semoga pertanian organik semakin diminati untuk diterapkan, sehingga dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan dan menjaga kualitas lingkungan agar terhindar dari degradasi. (JAS, Els, AFS, M.Is, Mtm).