KEGIATAN KERJASAMA ANTARA BPSI TANAH DAN PUPUK DAN WORLD AGROFORESTRY CENTRE (ICRAF)
Sebagai bagian dari pelaksanaan kegiatan Kerjasama Peat-IMPACTS Indonesia antara BPSI Tanah dan Pupuk dengan World Agroforestry Centre (ICRAF), pada minggu kedua November 2023 ini telah dilaksanakan monitoring pengukuran emisi secara langsung menggunakan alat Infra-Red Gas Analyzer (IRGA) dan evaluasi database yang dilakukan oleh petugas pengukur emisi di Ds. Sungai Asam, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
“Operasional IRGA membutuhkan protokol yang ketat mulai dari penyiapan alat, kalibrasi alat, hingga teknik memindahkan IRGA dari satu chamber ke chamber yang lain. Protokol operasional tersebut harus dilaksanakan oleh petugas dengan tingkat ketelitian tinggi agar dapat menghasilkan data yang akurat dengan tingkat kepercayaan tinggi”, demikian disampaikan Ibrahim Adamy, SP., M.Sc, koordinator Peat-IMPACTS di BPSI Tanah dan Pupuk. “Pelaksanaan protokol ini juga bermanfaat untuk memperpanjang usia alat”, tambah Ibrahim.
Selanjutnya Dr. Adha Fatmah Siregar, M.Si., M.Sc, Ketua Tim Kerja Program, BPSI Tanah dan Pupuk mengatakan bahwa kerjasama Peat-IMPACTS Indonesia dimulai sejak tahun 2020, saat BPSI Tanah dan Pupuk masih bernama Balai Penelitian Tanah dan direncanakan selesai tahun 2023. Namun terjadi penundaan kegiatan akibat pandemi COVID19 dan reorganisasi Badan Litbang Pertanian, sehingga akan diperpanjang hingga tahun 2024. Kerjasama ini juga menggandeng para periset BRIN terutama pada aspek riset pengukuran emisi gas rumah kaca dari proses dekomposisi dan kebakaran gambut.
Prof. Fahmuddin Agus, Peneliti Ahli Utama dari BRIN yang menjadi koordinator aspek riset pada kerjasama ini menegaskan bahwa kualitas data menjadi prioritas untuk selalu dikontrol. Professor yang banyak menghasilkan publikasi di jurnal bereputasi tinggi itu mengatakan “Seluruh data dikelola dalam sistem database dengan tingkat ketelitian tinggi agar datanya dapat dimanfaatkan dengan baik dalam menjelaskan dinamika emisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.”
Selanjutnya peneliti BRIN lainnya Dr. Setiari Marwanto yang mengkoordinir teknisi di lapangan menyimpulkan bahwa pengukuran emisi di Kalimantan Barat telah mematuhi protokol yang telah ditetapkan. Entry, olah data, dan penyusunan database secara umum telah dilaksanakan dengan baik. Seperti pepatah tiada ada gading yang tak retak, akan selalu ada kekurangan dari apa yang telah dilakukan oleh petugas pengukur emisi dan entry data. Dengan semangat dan koordinasi yang baik, tim bertekad untuk menutup kekurangan tersebut agar kegiatan ini dapat sukses menghasilkan output yang bermanfaat (IAS, SM, AFS, M.Is, Mtm).